Bisnis, Denpasar - PT Bank Mandiri Taspen Pos (Mantap) mencatat realisasi kredit pensiunan hingga April 2017 mencapai Rp 4,27 triliun. Angka ini melonjak 666 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya karena didorong ekspansi bisnis ke seluruh Indonesia.

Baca: Bank Mantap Targetkan Kredit Pensiunan Mencapai 80 Persen

"Kami melakukan ekspansi bisnis yang cukup masif sehingga ini turut mendorong kinerja," kata Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso di Denpasar, Selasa, 20 Juni 2017.

Hingga saat ini bank bantukan tiga BUMN yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Taspen (Persero) dan PT Pos Indonesia (Persero) itu telah melebarkan sayap bisnis di 126 kantor cabang di 21 provinsi di Tanah Air. Peningkatan tersebut juga didorong segmentasi pasar yang lebih fokus yakni dengan menggarap 80 persen kredit pensiunan dan sisanya menggarap kredit UMKM.

Realisasi kredit secara umum di bank yang sebelumnya bernama Bank Sinar Harapan Bali itu hingga empat bulan awal tahun ini mencapai Rp 6,61 triliun atau meningkat sampai 191,4 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pria yang akrab disapa Jos itu menambahkan total aset yang dimiliki bank yang berganti nama tahun 2015 itu mencapai Rp 9,16 triliun atau tumbuh sekitar 167,7 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Penghimpunan dana pihak ketiga juga meningkat signifikan mencapai Rp7,34 triliun atau tumbuh hingga 176,2 persen. Sedangkan laba bersih yang dihasilkan sebesar Rp41,28 miliar atau naik hingga 171,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Otoritas Jasa Keuangan Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara menyebutkan kondisi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan secara umum di Bali sebesar 3,41 persen pada April 2017.  Angka ini naik bila dibandingkan bulan sebelumnya, Maret sebesar 3,2 persen.

Meski demikian NPL di Bank Mantap, saat ini diklaim masih berada pada kisaran yang wajar yakni mencapai 0,54 persen. Jos menyebutkan kredit bermasalah secara umum juga disebabkan daya beli masyarakat yang menurun. Hal tersebut, kata Jos, salah satunya menyebabkan agunan dari debitur yang diambil alih bank kemudian dilelang, memerlukan waktu yang lama untuk terjual.

ANTARA